Gambar diambil dari sini |
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Pada suatu hari aku
(dibonceng) di belakang Rasulullah saw., lalu beliau bersabda : ”Wahai anak
remaja, sungguh aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ‘Peliharalah
Allah, niscaya engkau akan dipelihara-Nya dan peliharalah Allah, niscaya engkau
akan menemukan-Nya di hadapanmu. Apabila engkau meminta, mintalah kepada Allah
dan apabila engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah bahwa
sekiranya semua manusia bersatu untuk memberikan keuntungan kepadamu, niscaya
mereka tidak dapat melakukannya sedikitpun selain yang telah Allah taqdirkan
untukmu. Dan sekiranya mereka bersatu untuk mencelakakan kau, niscaya mereka
tidak akan dapat melakukannya sedikitpun kecuali yag telah Allah taqdirkan
kepadamu. Semua pena telah diangkat dan kertas-kertas telah menjadi kering. “
(HR. Tirmidzi no. 2440 CD)
Dari ‘Abdullah bin Ja’far, ia berkata :”Pada suatu hari
Rasulullah saw. Memboncengkan aku, lalu beliau membisikkan suatu ucapan kepadaku
yang tidak akan kuceritakan kepada seorang pun dan Rasulullah saw. Biasanya
senang menutup dirinya ketika buang hajat dengan pelepah pohon kurma.” (HR.
Muslim no. 517 CD)
Dari ‘Umar bin Abi Salamah, ia berkata :”Ketika aku masih
kanak-kanak aku berada dibawah asuhan Rasulullah saw.Ketika itu tanganku meraih
(makanan) di nampan, lalu Rasulullah saw. Bersabda kepadaku:’Wahai anak,
sebutlah nama Allah ta’ala lebih dulu, makanlah dengan tangan kananmu, dan
makanlah yang dekat di depanmu.’Selanjutnya, cara seperti itulah yang kemudian
aku lakukan bila makan.”(HR. Bukhari no. 4957 CD)
Dari Anas, ia berkata :”Seorang anak Yahudi yang menjadi
pelayan Nabi saw. mengalami sakit, lalu Nabi saw. berkunjung kepadanya dan
beliau duduk di sebelah atas kepalanya, lalu Nabi bersabda kepadanya:’Masuklah
Islam!’ Ia lalu memandang bapaknya yang duduk di sebelahnya, lalu bapaknya
berkata kepadanya: ‘Ikutilah Abul Qasim (Nabi saw.), lalu ia masuk Islam,
kemudian Nabi saw. keluar seraya berkata:’alhamdu
lillaahil ladzii anqadzahu minan naar’
(‘segala nikmat karunia hanyalah milik Allah, Tuhan yang telah
menyelamatkan anak itu dari neraka’).” (HR. Bukhari no 1268 CD)
Hadist pertama menjelaskan bahwa Rasulullah saw memberi
nasihat kepada Ibnu ‘Abbas saat ia diboncengkan oleh Rasulullah saw. di
belakang untanya. Rasulullah saw. memberi nasehat tentang beberapa hal yang
penting yaitu :
1.
Manusia hendaklah senantiasa menjaga ketaatan
kepada Allah, niscaya Allah akan menjaga yang bersangkutan.
2.
Manusia tidak akan dapat mencelakakan seseorang
dengan cara apapun bila Allah tidak menghendaki hal itu terjadi kepada yang
bersangkutan.
3.
Manusia hendaklah senantiasa percaya adanya
taqdir.
Nasehat seperti ini diberikan oleh
Rasulullah. saat membonceng Ibnu ‘Abbas. Saat tersebut dianggap sebagai saat
yang tepat untuk menyampaikan nasehat itu secara santai kepada Ibnu ‘Abbas yang
masih kanak-kanak.
Hadist kedua menjelaskan bahwa
‘Abdullah bin Ja’far dibisiki oleh Rasulullah saw. ketika diboncengkan di atas
untanya.
Pada Hadist ketiga dijelaskan bahwa
‘Umar bin Abu Salamah ketika berada di bawah asuhan Rasulullah saw. makan
bersama beliau. Ia mengambil makanan di nampan yang jauh darinya, kemudian
diperingatkan oleh Rasulullah saw. dan diberi tahu bagaimana cara makan yang
benar. Nasehat tersebut disampaikan oleh Rasulullah saw. pada kondisi dan saat
yang tepat sehingga selalu terkesan dalam dirinya dan selanjutnya ia praktekkan
dalam hidupnya.
Hadist keempat menjelaskan bahwa
Rasulullah saw. mengunjungi seorang anak Yahudi yang sakit dan memberi nasehat
kepadanya agar mau membaca kalimat tauhid guna menghadapi sakaratul maut. Hal
tersebut beliau ajarkan kepada anak itu dalam kondisi dan keadaannya yang tepat
sehingga yang bersangkutan dapat diselamatkan dari ancaman Allah di neraka.
Keempat Hadist di atas menunjukkan
kepada kita bahwa dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak, Rasulullah saw.
selalu memilih waktu dan tempat yang tepat untuk menyampaikan materi yang
dibutuhkan oleh anak-anak agar perilaku mereka sesuai dengan ajaran Allah dan
Rasul-Nya. Sebagaimana contoh dalam Hadist di atas Rasulullah saw. mengajak
Ibnu ‘Abbas untuk senantiasa memelihara ajaran-ajaran Allah dan takut hanya
kepada-Nya secara santai di atas kendaraannya. Hal ini sesuai dengan kondisi
dan keadaan Ibnu ‘Abbas yang dinilai oleh Rasulullah saw. perlu diberi nasehat
supaya tidak tergoda oleh ancaman atau gangguan manusia selama ia tetap percaya
bahwa baik dan buruk ada dalam kekuasaan Allah semata-mata. Rasulullah saw.
menyampaikan ajaran-ajarannya kepada anak-anak tersebut sesuai dengan
permasalahan dan kondisi yang dihadapi mereka.
Dalam mendidik dan mengajarkan
sesuatu kepada anak-anak, orang tua hendaklah senantiasa memperhatikan kondisi
dan situasi anak-anaknya. Mereka hendaknya memilih waktu yang tepat supaya
nasihat, pelajaran, atau pesan yang disampaikan kepada anaknya dapat member
kesan mendalam di hati mereka dan mereka dapat membina akhlaq dan agama
anak-anak dengan baik. Ketika bepergian dengan anak-anak, misalnya, orang tua
memberi nasihat kepada mereka tentang perlunya sopan-santun dan akhlaq dalam
berlalu-lintas atau menggunakan jalan umum. Nasihat seperti ini akan sangat
berkesan kepada anak-anak dalam mengikuti aturan agama mengenai akhlaq
menggunakan jalan umum. Begitu pula ketika makan bersama, orang tua dapat
memberi tuntunan dan aturan agama tentang makan dan minum sehingga anak-anak
dapat memahaminya secara praktis tanpa bersusah payah menghafal pesan-pesan
tersebut.
Dengan memilih waktu yang tepat dan member
materi pendidikan yang tepat dengan kondisi dan situasi anak, insyaAllah akan
mudah bagi anak untuk memahaminya. Hal ini akan member pegangan yang
berpengaruh besar kepada mereka dalam menerapkan kehidupan beragama yang benar.
Oleh karena itu, orang tua dituntut memiliki feeling yang tepat dalam membaca
konisi dan situasi anaknya agar dapat menyampaikan nasehat dan pelajaran dengan
baik kepada mereka.
Komentar
Posting Komentar