Karakteristik Pendidikan Islam

Pendidikan Islam memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan pendidikan di luar Islam. Ditinjau dari dasar, tujuan, pola, kualifikasi pendidik dan sebagainya juga berbeda dengan pendidikan di luar Islam. Dasar pendidikan Islam adalah Al Quran dan Hadits, sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Hujurat (49) : 1 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau melancangi Allah dan Rasul-Nya (dalam perkataan dan perbuatan) dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”  Sedangkan dasar pendidikan diluar Islam ada yang berdasar atau merujuk pada pemikiran orang atau hasil penelitian ahli pendidikan atau rumusan suatu tradisi atau filsafat tertentu di luar ketetapan Allah dan Rasul-Nya.

Tujuan pendidikan Islam juga berbeda dengan pendidikan di luar Islam. Tujuan pendidikan Islam untuk membuat manusia sepenuhnya taat pada ketentuan Allah atau memuliakan Allah dan mengagungkan-Nya sepanjang hari, sesuai QS. Adz-Dzaariyaat  (51) : 56
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Dan QS. Al-Fath (48) : 8-9
“Sesungguhnya Kami mengutus engkau (Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan menguatkan (agama)-Nya, memuliakan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.”
   
Sedangkan tujuan pendidikan di luar Islam berbeda-beda; ada yang bertujuan menjadikan anak didik sebagai warga negara yang fanatic terhadap kepentingan nasionalnya, ada yang bertujuan menjadikan anak didik sebagai orang yang mampu mandiri mengurus kehidupannya, ada yang bertujuan menjadikan anak didik sebagai penerus tradisi nenek moyangnya dan sebagainya. Tujuan-tujuan semacam itu sama sekali bukanlah tujuan pendidikan Islam.



Pengaruh atau dampak pendidikan Islam ini akan terasa sekali dalam kehidupan anak didik di kemudian hari.  Mereka menyadari tujuan ilmu yang dipelajarinya adalah menciptakan sarana yang bermanfaat untuk melakukan amal shalih.  Ketika menjadi kimiawan muslim misalnya, karena tanggungjawabnya menjadikan ilmu sebagai sarana beamal shalih, tidak akan berani menggunakan ilmunya sebagai sarana untuk membuat obat-obatan atau zat yang dapat merusak kesehatan atau akal manusia, seperti narkotika. Begitu juga ketika menjadi ekonom muslim, maka tidak akan berani membuat sistem ekonomi yang hanya menguntungkan pemilik modal saja tetapi merugikan pihak-pihak lainnya seperti mempraktekkan riba. Ketika menjadi industriawan muslim maka akan memproduksi barang yang bermanfaat dan memperhatikan kelestarian alam. Ketika menjadi politikus muslim maka akan berusaha bersungguh-sungguh mendorong penerapan aturan Allah dan Rasul-Nya pada semua sisi dan lini kehidupan.  Begitu pula seorang penguasa muslim, karena gemblengan didikan Islam yang menjelaskan tujuan kekuasaan ditangan seseorang adalah menciptakan suasana yang baik bagi masyarakat untuk melaksanakan amal shalih, akan berusaha keras memberantas kemaksiatan dan menyebarkan kebajikan sehingga masyarakat hidup dalam suasana penuh ketaatan kepada Allah. Inilah tujuan pendidikan Islam yang harus ditanamkan kepada anak didik sepanjang masa.


Adaptasi : 20 Kerangka Pokok Pendidikan Islam, Drs Muhammad Thalib  

Komentar