Esensi Pendidikan Pada Guru

Ketika seseorang mencari sekolah ataupun orang tua dengan susah payah mencarikan sekolah untuk anaknya, maka bisa dipahami bahwa betapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan generasi penerus. Padahal banyak kita temui bahwa pertimbangan untuk mendapatkan sekolah ataupun memasukkan anak ke suatu sekolah itu terutama pertimbangan aspek duniawi semata baik dari jenjang prndidikan dasar hingga perguruan tinggi. Sebagai contoh ketika sang anak hendak masuk perguruan tinggi saat itu yang dilihatnya antara lain jumlah dosen yang bergelar Doktor atau Ph.D dalam jurusan tersebut atau sepak terjang para alumni yang terlihat di kehidupan nyata hingga skor atau jurusan tersebut dalam di level nasional hingga dunia. Bahkan untuk mendapatkan sekolah "terbaik" tersebut tidak jarang mereka harus perlu keluar negeri. Harapan untuk menduduki posisi, jabatan hingga profesi yang banyak memberikan kelimpahan harta pada umumnya menjadi pertimbangan utamanya. Sangat teliti dan dipikirkan masak-masak tentang pemilihan sekolah atau jurusan tersebut.

Ketika hal-hal di atas menjadi pertimbangan utama maka tentu bersiap-siap pada masa depan untuk mengunduh atau memanen hasilnya. Kondisi tersebut menjadikan pendidikan hanya mencetak manusia-manusia budak dunia yang mengesampingkan aspek akhiratnya. Jelas suatu lembaga pendidikan Islam yang berorientasi pada penanaman keimanan, adab dan akhlaq untuk menjadi sosok ulul albab yang sholeh bukan pekerjaan sederhana dan mudah apalagi ditengah derasnya budaya kapitalisme hingga hedonisme saat ini. Faktor keislaman yang lebih esensial seperti keberpihakan membela Islam, ruh menanamkan semangat juang (jihad) dalam berbagai menghadapi berbagai masalah kehidupan hingga perasaan menjadi bagian umat Islam seluruh dunia sehingga muncul perasaan empathi dan solidaritas atas perjuangan umat Islam dimana saja hingga penegakkan syariat Islam menjadi kabur bahkan hilang, ketika aspek-aspek duniawi menjadi prioritas utama.
Tantangan bagi orang tua dan pendidik juga semakin berat dalam kondisi ini. Sosok guru yang  mumpuni dengan keilmuwan yang luas dan dalam menjadi esensi suatu aktivitas pendidikan. Pada era saat ini ketika Islam diserang kelompok liberal munafik dan menyebarkan racun islamophobia dimana-mana, maka sosok guru yang bisa menancapkan pilar-pilar Islam yang kokoh menjadi sangat penting. Keteguhan prinsip dan senantiasa jernih dalam pemahaman Islamnya serta menyeru kebenaran menjadi sosok yang menjadi oase bagi dahaganya sosok pendidik yang lurus jaman ini. Dengan kelurusan niat, integritas yang tidak diragukan lagi dan keyakinannya yang kuat akan mengnspirasi para murid-murid sepanjang masa untuk berbuat kebaikan tiada henti.

Kurikulum seperti halnya bangunan dan prasarana lainnya adalah sebagai sebuah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Terjebak ke sisi teknis seperti kurikulum dan berbagai prasarana pendukung hanya melunturkan esensi pendidikan sebagai wadah pembentukan karakter manusia. Ruh utama pendidikan terletak pada sosok-sosok guru yang mengantarkan peserta didik mencapai tujuannya. Ketika sosok guru-guru terbaik menjadi fokus utama, maka faktor kurikulum dan sebagainya menjadi faktor pendukung saja. Ada banyak kisah yang menunjukkan betapa sosok guru dengan kelurusan niat dan keilmuwannya menjadikan muridnya menjadi manusia-manusia besar dalam menegakkan agama Allah SWT yang namanya dikenang sepanjang masa, seperti 'Aisyah Ra guru dari Urwah bin Zubair, Imam Malik guru dari Imam Syafi'i, Syekh Syamsuddin guru dari Muhammad Al Fatih, Imam Ghazali dan Syekh Abdul Qodir Jaelani menjadi guru bagi para ulama hingga pembebasan Palestina (Masjid Al Aqso) oleh Shalahudin al Ayubbi dan sebagainya. Sehingga kita juga seharusnya dengan kesungguhan dan pertimbangan masak-masak untuk menyekolahkan ataupun memberikan pertimbangan kepada mereka jika sudah cukup dewasa untuk tujuan yang lebih besar dari sekedar aspek profesi atau duniawi yakni ridho Allah SWT.

Komentar