Persaksian Semua Manusia Kepada Allah SWT



“Wahai Muhammad, ingatlah ketika Tuhanmu mengambil perjanjian dari anak keturunan Adam saat masih berada dalam rahim ibunya, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri. Firman-Ku kepada manusia "Wahai manusia, bukankah Aku adalah Tuhan kalian? " Mereka menjawab : "Benar, kami bersaksi." Wahai manusia, perjanjian itu dibuat supaya pada hari kiamat kelak kalian tidak berkata: "Di dunia dahulu kami tidak pernah mengenal ajaran tauhid."”

“Atau kalian berkata :"Nenek moyang kami dahulu telah menjadi musyrik dan kami adalah anak keturunan mereka. Wahai Tuhan, apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan sesat nenek moyang kami dahulu?"”

“Demikianlah Kami jelaskan syari'at Kami secara rinci kepada manusia. Mudah-mudahan manusia yang sesat itu mau bertaubat kepada Tuhannya.” (QS Al A'raaf (7): 172-174

Al Qur'an adalah firman Allah yang pasti benarnya, sehingga kita wajib mengimaninya. Dengan demikian segala hal yang diberitakan melalui Al Qur'an adalah suatu kebenaran walaupun semua manusia tidak mampu membuktikan dengan kemampuan keterbatasan akalnya. Banyak hal ghaib yang dikabarkan dalam Al Qur'an yang hanya bisa diterima dengan keimanan. Mengimani yang ghaib adalah merupakan bagian dari Islam merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa (QS Al Baqarah (2):3) dan mengimani Al Qur'an sebagai salah satu kitab-kitab Allah adalah bagian dari rukun iman. Al Qur'an juga menjadi petunjuk bagi orang-orang mukmin (QS Al A’raf (7) : 52), pembeda yang haq dan bathil (QS Al Baqarah (2) : 185) dan jawaban atas semua permasalahan dan tantangan jaman kita (QS An Nahl (16):89) bahkan Allah SWT juga akan mengajari ilmu yang kita belum tahu bila kita terus meningkatkan ketakwaan kita ( QS 2:282). Hal-hal tersebut membuat kedudukan Al Qur'an sangat istimewa dalam kehidupan seorang mukmin.

Semua anak keturunan Adam atau seluruh manusia telah diambil persaksiannya oleh Allah SWT ketika masih berada di rahim ibunya atau saat masih dalam kandungan ibunya, bahwa hanya Allah-lah Tuhan seluruh manusia. Tetapi ternyata tidak semua manusia selanjutnya menjadi beriman melainkan banyak yang ingkar (kafir). Pilihan manusia menjadi kafir akan memberi konsekuensi bahwa kelak di akherat akan membuatnya dimasukkan ke dalam neraka. Hal tersebut karena manusia tersebut ingkar (kafir) kepada Tuhan-nya karena saat berada dalam rahim telah mempersaksikan Allah SWT sebagai Tuhannya yang esa. Persaksian itu juga menjadi hujjah kelak di hari kiamat bahwa manusia tidak bisa mengelak tentang ajaran tauhid yang telah disampaikan kepadanya.

Termasuk argumen yang dibangun oleh orang-orang kafir ketika hari kiamat untuk mengelak terhadap ajaran tauhid tersebut bahwa dia hanya mengikuti nenek moyangnya yang musyrik. Hal tersebut tidak diterima Allah SWT sehingga tetap tidak merubah keadaaan mereka untuk dimasukkan ke dalam neraka. Persaksian keesaan Allah SWT sewaktu dalam rahim ibunya memiliki kedudukan yang sangat kuat sebagai dasar kekafirannya. Firman Allah dalam QS Al A'raaf : 172-174 di atas menjadi perenungan mendalam kita sehingga semakin meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT.

Komentar