Asas 4 : Mudah dan Luwes


Gambar diambil dari sini

“….Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesulitan bagi kamu dan agar kamu sekalian dapat menggenapkan bilangan puasa Ramadhan dan supaya kamu mengagungkan Allah sesuai dengan petunjuk-Nya kepada kamu dan supaya kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah (2) : 185)

“….Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan apa yang telah diberikan kepadanya. Allah akan memberikan kemudahan setelah kesulitan.” (QS. Ath-Thalaaq (65) : 7)

Dari Yahya bin Ya’mar, ia berkata :”Sesungguhnya ‘Aisyah ra. Pernah ditanya seorang laki-laki : ‘Apakah Rasulullah saw. dahulu mengeraskan suaranya apabila membaca dalam shalat malam? ‘Ia menjawab :’Terkadang beliau melirihkan dan terkadang beliau mengeraskan.’ Laki-laki itu berkata:’Segala nikmat dan karunia hanyalah milik Allah, Tuhan yang telah member kemudahan dalam agama ini.’ Laki-laki itu berkata :’Apakah beliau biasa shalat witir pada awal malam?” Ia menjawab : ‘Terkadang pada awal malam dan terkadang beliau melakukannya pada akhir malam.’ Laki-laki itu berkata :’Segala nikmat karunia hanyalah milik Allah, Tuhan yang telah memberi kemudahan dalam agama ini.’ Ia pun berkata:’Apakah beliau pernah tidur dalam keadaan junub?’ Ia menjawab :’Terkadang beliau mandi sebelum tidur dan terkadar tidur sebelum mandi, tetapi lebih dulu wudhu’ sebelum tidur.’ Laki-laki itu berkata :’Segala nikmat karunia hanyalah milik Allah, Tuhan yang member kemudahan dalam agama ini.’” (HR. ‘Abdurrazaq)

Ayat pertama menjelaskan bahwa Allah menghendaki setiap aturan agama mudah dijalankan oleh para hamba-Nya.

Ayat kedua menegaskan bahwa segala perintah atau ketentuan agama yang Allah berikan kepadamanusia sesuai batas kemampuan manusia, tidak ada yang sulit dan tidak ada yang berat untuk dikerjakan. Jika suatu saat manusia mengalami kesulitan, pasti pada saat yang lain Allah akan memberikan kemudahan kepadanya. Hal ini berarti bahwa kemudahan dan kesulitan datang silih berganti kepada manusia.

Hadist di atas menjelaskan betapa luwesnya pelajaran Islam yang memberi kelonggaran kepada manusia untuk menjalankan syari’atnya sesuai dengan kesempatan dan keadaan yang dihadapinya. Banyak pilihan yang diberikan kepada pemeluknya agar dapat menjalankannya dengan baik seperti dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam hadist diatas.

Kedua ayat dan hadist di atas merupakan prinsip atau asas pendidikan Islam, yaitu bahwa Islam senantiasa memberikan ketentuan dan hal-hal yang mudah dan luwes kepada manusia. Islam sama sekali tidak member aturan dan ajaran yang memberatkan manusia. Manusia telah ditetapkan kemampuannya oleh Allah sedemikian rupa dan sesuai dengan kemampuannya itu Allah memberi mereka ketetapan dan aturan agama-Nya. Jadi, semua perintah atau larangan atau anjuran yang disampaikan oleh rasul Allah kepada manusia tidak ada yang berat dan menjadikan hidup manusia sulit, tetapi semuanya mudah dan menjadikan hidup manusia serba lapang. Demikianlah sebab setiap ketentuan adalam Islam senantiasa memperhatikan tingkat kemampuan manusia yang diberi perintah, sehingga tidak ada satu pun yang memberatkannya.

Kedua ayat dan hadist diatas memberi petunjuk kepada kita bahwa dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada objek didik atau pelajar, pendidik atau pengajar haruslah memperhatikan prinsip kemudahan dan keringanan dan keluwesan. Dengan prinsip ini para pendidik atau orang tua harus menyesuaikan pendidikan dan pengajarannya dengan tingkat kemampuan anak didik atau pelajar. Dengan asas ini orang tua atau para pengajar dapat membimbing anak didik dan pelajar dapat mengikuti materi pendidikan dan pelajaran dengan mudah sehingga mereka dapat menguasainya dengan baik.

Karena tujuan kita mendidik dan memberikan pelajaran kepada anak didik ialah agar mereka dapat memahami dan menguasainya dengan baik, perlulah kita menerapkan asas kemudahan dan keluwesan ini. Dengan asas ini diharapkan mereka terbantu menguasai dengan baik pelajaran atau tugas-tugas yang dibebankan.

Komentar