Gambar diambil dari sini |
“….Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak
menghendaki kesulitan bagi kamu dan agar kamu sekalian dapat menggenapkan
bilangan puasa Ramadhan dan supaya kamu mengagungkan Allah sesuai dengan
petunjuk-Nya kepada kamu dan supaya kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah
(2) : 185)
“….Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan apa
yang telah diberikan kepadanya. Allah akan memberikan kemudahan setelah
kesulitan.” (QS. Ath-Thalaaq (65) : 7)
Dari Yahya bin Ya’mar, ia berkata :”Sesungguhnya ‘Aisyah ra.
Pernah ditanya seorang laki-laki : ‘Apakah Rasulullah saw. dahulu mengeraskan
suaranya apabila membaca dalam shalat malam? ‘Ia menjawab :’Terkadang beliau
melirihkan dan terkadang beliau mengeraskan.’ Laki-laki itu berkata:’Segala
nikmat dan karunia hanyalah milik Allah, Tuhan yang telah member kemudahan
dalam agama ini.’ Laki-laki itu berkata :’Apakah beliau biasa shalat witir pada
awal malam?” Ia menjawab : ‘Terkadang pada awal malam dan terkadang beliau
melakukannya pada akhir malam.’ Laki-laki itu berkata :’Segala nikmat karunia hanyalah
milik Allah, Tuhan yang telah memberi kemudahan dalam agama ini.’ Ia pun
berkata:’Apakah beliau pernah tidur dalam keadaan junub?’ Ia menjawab :’Terkadang
beliau mandi sebelum tidur dan terkadar tidur sebelum mandi, tetapi lebih dulu
wudhu’ sebelum tidur.’ Laki-laki itu berkata :’Segala nikmat karunia hanyalah
milik Allah, Tuhan yang member kemudahan dalam agama ini.’” (HR. ‘Abdurrazaq)
Ayat pertama menjelaskan bahwa Allah menghendaki setiap
aturan agama mudah dijalankan oleh para hamba-Nya.
Ayat kedua menegaskan bahwa segala perintah atau ketentuan
agama yang Allah berikan kepadamanusia sesuai batas kemampuan manusia, tidak
ada yang sulit dan tidak ada yang berat untuk dikerjakan. Jika suatu saat
manusia mengalami kesulitan, pasti pada saat yang lain Allah akan memberikan
kemudahan kepadanya. Hal ini berarti bahwa kemudahan dan kesulitan datang silih
berganti kepada manusia.
Hadist di atas menjelaskan betapa luwesnya pelajaran Islam
yang memberi kelonggaran kepada manusia untuk menjalankan syari’atnya sesuai
dengan kesempatan dan keadaan yang dihadapinya. Banyak pilihan yang diberikan
kepada pemeluknya agar dapat menjalankannya dengan baik seperti dicontohkan
oleh Rasulullah saw. dalam hadist diatas.
Kedua ayat dan hadist di atas merupakan prinsip atau asas
pendidikan Islam, yaitu bahwa Islam senantiasa memberikan ketentuan dan hal-hal
yang mudah dan luwes kepada manusia. Islam sama sekali tidak member aturan dan
ajaran yang memberatkan manusia. Manusia telah ditetapkan kemampuannya oleh
Allah sedemikian rupa dan sesuai dengan kemampuannya itu Allah memberi mereka
ketetapan dan aturan agama-Nya. Jadi, semua perintah atau larangan atau anjuran
yang disampaikan oleh rasul Allah kepada manusia tidak ada yang berat dan menjadikan
hidup manusia sulit, tetapi semuanya mudah dan menjadikan hidup manusia serba
lapang. Demikianlah sebab setiap ketentuan adalam Islam senantiasa
memperhatikan tingkat kemampuan manusia yang diberi perintah, sehingga tidak
ada satu pun yang memberatkannya.
Kedua ayat dan hadist diatas memberi petunjuk kepada kita
bahwa dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada objek didik atau
pelajar, pendidik atau pengajar haruslah memperhatikan prinsip kemudahan dan
keringanan dan keluwesan. Dengan prinsip ini para pendidik atau orang tua harus
menyesuaikan pendidikan dan pengajarannya dengan tingkat kemampuan anak didik
atau pelajar. Dengan asas ini orang tua atau para pengajar dapat membimbing
anak didik dan pelajar dapat mengikuti materi pendidikan dan pelajaran dengan
mudah sehingga mereka dapat menguasainya dengan baik.
Karena tujuan kita mendidik dan memberikan pelajaran kepada
anak didik ialah agar mereka dapat memahami dan menguasainya dengan baik,
perlulah kita menerapkan asas kemudahan dan keluwesan ini. Dengan asas ini
diharapkan mereka terbantu menguasai dengan baik pelajaran atau tugas-tugas
yang dibebankan.
Komentar
Posting Komentar