Tidak Perlu Risau Walaupun Kita Masih Membuat Pondasi, Sementara Tetangga Telah Membuat Gedung Pencakar Langit

Pendidikan adalah investasi yang butuh waktu cukup lama untuk memetik hasilnya. Hal inilah yang perlu disadari oleh para orang tua. Kesalahan sebagian besar orang tua saat ini adalah ingin melihat hasil instant dari aktivitas pendidikan anaknya. Ketika saat itu ternyata anaknya belum sesuai harapan, maka ada kekecewaan dalam dirinya. Padahal sekali lagi yang harus disadari bahwa pendidikan tersebut pada dasarnya adalah sebuah proses yang masih berlangsung. Ketika orang tua menyadari bahwa hal tersebut suatu proses maka yang perlu dipastikan bahwa proses yang dilakukan sudah benar.

Hasil suatu pendidikan bisa saja dipetik setelah 20 hingga 30 tahun mendatang. Bayangkan anak-anak kita tersebut telah dewasa bahkan telah memiliki posisi tertentu dalam kariernya atau sebagai ibu rumah tangga. Pada saat itulah kita selaku para orangtua bisa melihat bagaimana hasil dari pendidikan yang ditanamkan kepada anak-anaknya sejak kecil. Ketika anak kita menjadi pejabat atau pemimpin masyarakat, kita bisa saksikan bagaimana keperpihakan kepada Islam, bagaimana semangat menegakkan kalimat Allah SWT, menerapkan keadilan dan sebagainya. Atau bahkan ketika kita telah lanjut usia dan tak berdaya fisiknya, sehingga perhatian dari anak menjadi sangat terasa. Ibaratnya buah yang manis, insyaAllah kita dapat apabila pohon yang kita tanam adalah pohon mangga dengan dirawat dengan baik. Tetapi jika ternyata pohon bambu yang kita tanam, maka jangan berharap mendapat buahnya. 


Ketika anak-anak kita saat ini sedang sekolah sebagai bagian dari proses pendidikan tersebut, ternyata kita juga menyaksikan anak-anak tetangga juga sekolah. Tetapi pilihan sekolah atau lembaga pendidikan serta pendidikan orang tua mereka seolah kita melihat mereka lebihhebat, karena misalnya telah menguasai teknik matematika yang rumit, bisa cas cis cus bahasa Inggris, bermain musik, mahir game-game tertentu dan sebagainya. Seolah kita melihat mereka telah membangun gedung pencakar langit, sedangkan kita pondasi saja belum selesai. Justru disinilah kita perlu merenung sejenak serta memantapkan langkah kita.

Pertanyaan-pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan adalah, apakah memang pada usia anak-anak tersebut sudah saatnya untuk diajarkan banyak keahlian atau ketrampilan-ketrampilan tersebut? Apakah bukan saatnya pada usia anak-anak tersebut seharusnya memang diajarkan yang menjadi pondasi hidupnya berupa keimanan kepada Allah SWT,  Rasulullah SAW dan Al Qur'an? Referensi atau model manakah yang seharusnya digunakan untuk pendidikan anak Islam? Mengapa kita memilih model atau referensi tersebut?
Referensi terbaik tentu dari Al Qur'an dan Hadist yang contoh praktisnya mengacu pada generasi sahabat nabi Muhammad SAW. Generasi sahabat adalah generasi model terbaik dan terbukti telah mampu mengeluarkan umat manusia dari jalan gelap menuju jalan terang benderang. Generasi tersebut dan para penerusnya terbukti telah membawa Islam dalam kejayaan. Zaman kejayaan atau keemasan Islam hanya bisa di raih dengan kembali kepada Al Qur'an dan Hadist. Secara teknis metode pendidikan sebagai wadah melahirkan generasi penerus Islam harus mengikuti metode tersebut. Disinilah kita melihat bahwa pondasi keislaman benar-benar ditanamkan secara kokoh pada anak-anak sehingga mendarah daging dalam kehidupannya. 

Lalu bagaimana dan kapan ketrampilan-ketrampilan atau pendukung diajarkan pada anak-anak kita? Ibarat bangunan, ketika pondasi telah kuat maka bangunan bisa disempurnakan dan diperindah, demikian juga pada pendidikan anak kita. Ketika pondasi telah kokoh dengan keimanan, Al Qur'an dan Hadist, maka ketrampilan lain bisa kita tambahkan sebagai penyempurnaannya, seperti komputer, matematika, kimia, fisika, wirausaha, bisnis, berkuda dan sebagainya. Praktisnya pada level sekolah dasar fokusnya untuk memperkuat pondasi keimanan tersebut walaupun tidak ada salahnya untuk mengenalkan berbagai ketrampilan tersebut , sedangkan di level sekolah menengah fokus untuk terus mempertebal keimanan dan mulai mempelajari ketrampilan tersebut bahkan hingga cukup mahir. Pada level perguruan tingginya disiapkan untuk menjadi manusia yang siap mengimplementasikan keimanan pada dunia nyata dan mempunyai keahlian yang mumpuni dibidangnya.
Hari ini masih banyak kita saksikan para pemimpin yang seharusnya bisa dengan mudah menegakkan kalimat Allah dengan pengaruhnya tetapi yang dilakukan tidak sejalan dengan hal itu. Hal itu terjadi karena pondasi keimanannya rapuh dan tidak kuat, sehingga nafsu dunia mengalahkan kepentingan akheratnya. Gedung pencakar langit yang tinggi dan pondasi kuat malah hanya membahayakan, demikian juga manusia rusak di posisi tinggi hanya memperbesar efek kerusakannya saja. Terakhir, yakni hal perlu kita renungkan adalah seberapa besar bangunan yang akan kita buat adalah tergantug seberapa dalam dan kuat pondasi harus kita bangun untuk itu, tentu dengan tahapan yang benar.

Komentar