Menjadi Bagian Dari Mega Proyek

Visi keluarga muslim yang sangat jauh dan mulia yakni hingga kehidupan akhirat tentu saja membutuhkan sejumlah konsekuensi untuk mencapainya. Hal tersebut bukanlah perkara mudah untuk bisa menggapai visi atau sesuatu yang dicita-citakan tersebut. Berbagai halangan dan rintangan senantiasa menghadang sepanjang perjalanan sebagai batu ujian mencapai cita-cita besar tersebut. Semakin jauh perjalanan semakin mendaki, terjal dengan berbagai ujian semakin berat. Untuk itu kapasitas ilmu dan keimanan senantiasa harus ditambah. Ilmu dan iman tersebut selanjutnya di manifestasikan dalam berbagai amal sholeh.

Menjadi bagian mega proyek yang sejalan dengan visi atau cita-cita keluarga muslim adalah sebuah kebanggaan dan dambaan yang diupayakan semaksimal mungkin. Mega proyek tersebut juga sangat mungkin merupakan proyek lintas generasi, melampaui batas teritorial negara, proyek penuh perjuangan dan tantangan. Mega proyek tersebut tidak hanya untuk diceritakan ke anak-anak atau generasi penerus tetapi bahkan untuk terus memberi semangat dan dilanjutkan. Mega proyek bervisi akhirat tentu tidak bisa dibandingkan dengan berbagai mega proyek keduniaan semata.
Jika saat ini sebuah rencana mega proyek Indonesia adalah membuat jembatan selat Sunda yang panjangnya puluhan kilometer, menghabiskan ratusan trilyun dan dilakukan selama bertahun-tahun, maka itu saja telah menjadi fokus sejumlah kalangan untuk terus memikirkannya dan melakukan berbagai upaya untuk mewujudkannya. Padahal bisa saja jika Allah SWT menghendaki dengan kekuasaan-Nya hanya dalam beberapa detik atau menit mega proyek jembatan super panjang yang begitu mereka banggakan tersebut bisa hancur. Saat ini juga Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya meluluh lantakkan Lombok, NTB dengan gempa bumi, sehingga bangunan-bangunan ambruk ditambah dengan korban yang banyak. Tentu saja hal tersebut seharusnya menjadi pelajaran bagi kita semua betapa Maha Besar kekuasaan Allah dan melakukan sesuai kehendak-Nya.
Lantas mega proyek seperti apa yang seharusnya menjadi kebanggaan dan idaman setiap muslim tersebut? Mega proyek tersebut haruslah bersumber dari informasi yang diberikan oleh manusia terbaik, manusia terpercaya, manusia sebagai uswatun hasanah kita dan manusia yang menjadi kekasih Allah SWT yakni Nabi Muhammad SAW dalam hadistnya : 

“Muncul masa kenabian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian berakhir. Lalu muncul masa khilafah yang lurus (khilafah ala minhajin nubuwah) selama masa yang Allah kehendaki, kemudian berakhir. Kemudian muncul masa raja-raja secara turun temurun (mulkan aadhdhan) selama masa yang Allah kehendaki, kemudian berakhir. Lalu muncuI masa kediktatoran (mulkan jabbariyan) selama masa yang Allah kehendaki, kemudian berakhir. Kemudian akan muncul kembali masa khalifah yang lurus mengikuti cara kenabian (khilafah ala minhajin nubuwah), yang kekuasaannya meliputi seluruh dunia.” (HR. Ahmad)

Fase-fase kepemimpinan tersebut sebagian telah berlalu, sebagian sedang kita alami dan sebagian belum terjadi atau belum kita alami. Fase kenabian dan khalafaur rasyidin (khilafah ala minhajin nubuwah)  adalah masa ketika Nabi Muhammad SAW dan pemerintahan selanjutnya yang dilakukan oleh sahabat-sahabat terbaik beliau, yakni Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib. Selanjutnya sejak kekhalifahan dinasti Umayyah hingga berakhirnya kekhalifahan Utsmaniyyah pada tahun 1924. Sedangkan fase yang kita alami saat ini adalah fase dimana para pemimpin bersifat diktator. Setelah fase-fase tersebut berakhir selanjutnya inilah fase yang belum terjadi atau belum kita alami, dan kita siapkan generasi penerus untuk menghantarkan ke masa kegemilangan tersebut. 
Nabi Muhammad SAW menyebut fase terakhir kepemimpinan Islam sama seperti fase kepemimpinan sepeninggal beliau. Hal ini juga berarti kualitas-kualitas pemimpin pada fase terakhir tersebut sama seperti zaman sepeninggal Nabi. Mega proyek kita adalah menyongsong fajar kebangkitan dan tegaknya Islam pada fase terakhir tersebut. Salah satu hal konkrit sesuai visi keluarga muslim yang bisa dilakukan adalah menyiapkan generasi yang berkualitas seperti para sahabat untuk zaman tersebut. Tentu saja ini bukan pekerjaan mudah. Rujukan kita berupa generasi model atau generasi terbaik yakni generasi para sahabat perlu dikaji secara mendalam dan komprehensif. Referensi berupa kitab-kitab atau buku-buku tentang kisah hidup dan sejarahnya perlu dibaca lagi.

Nabi Muhammad SAW bukan saja pemimpin terbaik, tetapi juga pendidik terbaik yang melahirkan para pemimpin terbaik sepeninggalnya. Metode dan pola pendidikan beliau terbukti mampu melahirkan para pemimpin terbaik tersebut walaupun beragam usianya. Mari kita periksa umur-umur 4 sahabat paling utama yang menjadi pemimpin dunia sepeninggal nabi. Abu Bakar Ash Shidiq sebagai sahabat paling utama dengan selisih umur 3-4 tahun lebih muda dari nabi, sehingga usia beliau yakni sekitar 37 tahun ketika Muhammad diangkat menjadi nabi. Selanjutnya Umar bin Khattab berumur sekitar 13 tahun lebih muda sehingga usianya sekitar 27 tahun. Lalu selanjutnya Utsman bin Affan berusia 34 tahun, dan Ali bin Abu Thalib berusia 10 tahun. Terbukti keempat sahabat paling utama tersebut menjadi para pemimpin terbaik  kaum muslimin dan menjadi pemimpin rujukan untuk generasi setelahnya. Begitu dahsyatnya metode pendidikan nabi tersebut, bahkan Hassan bin Ali yang dididik Nabi sejak balita juga kemudian hari menjadi pemimpin besar yang menyatukan kaum muslimin.

Berdasarkan hal tersebut jika kita menginginkan generasi penerus kita sebagai pemimpin dan menjadi bagian mega proyek menyiapkan pemimpin dunia serta sejalan dengan visi keluarga muslim, maka tidak ada pilihan lain selain mengikuti metode dan petunjuk Nabi Muhammad SAW dalam mendidik generasi penerusnya, yang bahkan sangat sukses dan gemilang tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga sejak balita, pemuda hingga orang dewasa. Para orang tua dan para pendidik harus memahami masalah ini sehingga pendidikan yang dilakukan menjadi terarah dan tercapainya tujuan yang diharapkan.

Komentar